![]() |
Harun, Kepala Dindik Prov. Jatim |
Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Drs Harun MSi MM mengungkapkan, sekolah-sekolah tersebut ada di Kota Surabaya dan Malang. Kebanyakan sekolah swasta yang berbasis agama. Hanya saja dia tidak hafal nama-nama sekolahnya.
Mereka menolak karena tidak mau sistem keuangannya diaudit oleh tim BOS. "Sesuai aturannya, sekolah penerima BOS itu kan keuangannya harus diaudit sebagai pertanggungjawaban penggunaan dana BOS. Lha sekolah-sekolah ini tidak mau, jadi mereka menolak BOS," jelas Harun, Selasa (14/1/2014).
Harun tidak mempermasalahkan penolakan tersebut, sepanjang sekolah tersebut bisa membiayai sendiri operasionalnya. Dan dia melihat sekolah-sekolah yang menolak BOS ini umumnya sistem keuangannya sudah kuat.
Apakah tidak membebani siswa? Menurut Harun, sekolah-sekolah ini memang tidak dilarang untuk menarik iuran siswa.
Dan selama ini belum ada laporan wali murid yang merasa terbebani dengan iuran-iuran tersebut karena memang siswa yang masuk di sekolah ini umumnya dari kalangan ekonomi atas. "Manajemen di sekolah itu sudah baik, jadi tidak ada masalah,"katanya.
Sementara itu, anggaran BOS untuk Jatim tahun 2014 dialokasikan sejumlah Rp 2,7 triliun. Anggaran tersebut akan dibagi untuk SD Rp 1,8 triliun dan SMP Rp 969,3 juta. Sedangkan jumlah lembaga dan siswa penerima, secara rinci terbagi untuk SD sebanyak 19.629 lembaga dengan total sasaran 3.118.109 siswa. Sementara untuk jenjang SMP sebanyak 4.486 lembaga dengan total sasaran 4.486 siswa.
Terkait alokasi anggaran per siswa, Harun menuturkan, tidak terjadi perubahan antara tahun lalu dengan tahun ini. Yaitu untuk SD senilai Rp 580.000 per siswa per tahun dan untuk SMP Rp 710.000 per siswa per tahun.
Harun memastikan 10 sekolah ini tidak akan mendapat bantuan BOS buku yang bisa dimanfaatkan untuk pengadaan buku kurikulum 2013.
Tahun ini, besaran BOS buku untuk Jawa Timur adalah Rp 107,7 miliar yang diberikan dari dana dekonsentrasi untuk buku siswa. Besarannya terdiri dari Rp 61.664.919.000 untuk pembelian buku jenjang SD, dengan total jumlah buku 4.985.427 eksemplar. Buku tersebut dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp 10.190. Sedangkan untuk buku pegangan guru diperlukan dana Rp 10.863.418.000, dengan jumlah buku 992.093 eksemplar, dengan HET Rp 10.950.
Sementara pada jenjang SMP jumlah dana BOS Buku untuk siswa adalah Rp 46.069.863.000, sedangkan untuk pengadaan buku pegangan guru Rp 10.863.418.000 untuk 907.620 eksemplar.HET untuk buku siswa sebesar Rp 14.000, pengadaan buku pegangan guru HET Rp 10.000.
Dana ini diharapkan bisa membantu pembelian buku yang sebelumnya dikhawatirkan akan dilimpahkan semua ke daerah. Ini setelah adanya kebijakan dana BOS bisa dipakai maksimal lima persen dari total dana yang diterima dalam satu tahun anggaran.
Kabid Pendidikan Dasar Dindik Surabaya, Eko Prasetyaningsih membenarkan adanya sekolah yang menolak pemberian BOS. Menurutnya, sekolah-sekolah tersebut sudah memiliki manajemen keuangan yang bagus.
"Bisa jadi 10 sekolah itu di Surabaya semua karena memang disini banyak yang menolak BOS," katanya. [tri/rif]
Post a Comment