Headlines News :
Home » » Rendemen, Oh.. Rendemen

Rendemen, Oh.. Rendemen

Written By Arti News on Sunday, 18 August 2013 | 13:04

Oleh: Anas Anshari

SENGAJA kami membuat judul diatas, karena rendemen seolah menjadi momok mengerikan bagi petani. Bisa dibilang, besar kecilnya pendapatan petani, sangat bergantung pada besar kecilnya rendemen.

Rendahnya rendemen (kadar gula tebu) belakangan ini cukup meresahkan petani tebu, baik di wilayah kerja PG Tjoekir, dan PG Djombang Baru, Kabupaten Jombang. Padahal, hingga musim giling di tahun 2012, rendemen tebu milik petani di kedua PG ini sangat tinggi, bahkan selalu berada pada ranking lima besar di seluruh PTPN di Indonesia. Apa yang salah dan menjadi penyebab hingga potensi rendemen menurun drastis?.

Sementara petani terus dipacu untuk meningkatkan budidaya tanaman tebunya. Menurut kami, faktor iklim memang sangat berpengaruh pada tinggi rendahnya rendemen tebu. Tapi saat iklim sudah mendukung oleh tidak turunnya hujan, justru rendemen makin terpuruk. Alih-alih mendongkrak pendapatan petani yang sebelumnya merugi akibat kenaikan harga BBM. Malah petani kembali resah akibat penentuan rendemen yang memprihatikan dan tidak berpihak kepada petani. Disisi lain, tidak adanya keberpihakan PG terhadap petani melalui pemberian subsidi atau jaminan minimum rendemen oleh pihak PG.

Sebelumnya, semua petani pasti tahu pernyataan Dirut PTPN X yang berkomitmen memberikan rendemen minimal 8 persen di setiap PG di lingkup PTPN X. Tapi, hingga periode 5 masa giling tahun 2013, komitmen itu seolah hanya sebatas komitmen. Dan wajar, jika petani menuntut hal ini.

Patut digarisbawahi, antara petani dan PG adalah kemitraan. Maka, image petani tebu terhadap operasional PG sangat penting, karena keberadaan PG memerlukan image yang baik dari petani tebu, agar proses produksi bisa berjalan baik dan memenuhi target. Untuk itu, pihak PG harus berani berbenah dan memperbaiki manegemennya.

Antara PG dan petani memerlukan hubungan yang baik, dan ini bisa terwujud bilamana petani dan PG harus saling percaya. Dan rasa saling percaya itu dapat diperoleh dari transparansi (keterbukaan) dalam segala hal. Seperti soal rendemen, timbangan, pembinaan tanam tebu yang baik ke petani.

Selama ini, yang muncul adalah adanya kecurigaan bahwa PG kurang transparan, kurang jujur, terutama persoalan rendemen tebu yang sudah digiling PG. Selama ini, proses penentuan tinggi rendahnya rendemen seolah menjadi monopoli PG, tanpa melibatkan petani. Selain itu, adanya bombardir pasokan tebu dari luar daerah yang memperlamban masuknya tebu petani binaannya sendiri. Dari lamanya mangkal di emplasemen inilah menyebabkan potensi rendemen menjadi turun dan rendah. Sehingga muncul image (anggapan), ada sejumlah oknum PG yang bermain dengan memasok tebu luar daerah.

Konyolnya lagi, mereka sekonyong-konyong memberi rendemen yang cukup tinggi. Tujuannya jelas, mereka bakal mendapatkan sharing (bagi hasil) dari monopoli rendemen tebu dari luar daerah itu.

Untuk memperbaiki image ini, PG harus berani melakukan perubahan masalah rendemen yang selama ini dianggap kurang transparansi oleh petani. Selain itu, PG harus juga berani memberi jaminan minimal rendemen. Artinya, disaat petani mengalami kerugian maka PG harus peduli, sebagai bentuk kepedulian kepada mitranya. Karena, dalam perjalanannya, setiap PG tidak akan mengalami kerugian kendati harus mensubsidi petani.

Inilah sekelumit harapan kami sebagai petani tebu agar kami mendapat keuntungan bersama (petani untung, PG pun juga untung). Tentunya, petani juga memahami jika PG memberi persyaratan, asalkan logis alias tidak mengada-ada. Katakan saja tebu yang masuk harus bersih dari daduk, anak tebu (sogolan), tebu harus cukup umur kemasakannya (brix), tidak pucukan, dan lain lain. Sebagai petani, kami akan sangat mendukung program ini asalkan jaminan minimal rendemen juga diberikan kepada petani. Sinergitas kemitraan adalah utama. Jangan ada lagi melekat anekdot "Petani Tebu Tak Bisa Merasakan Manisnya Gula". [*]
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Anas
Copyright © 2013. Arti News - All Rights Reserved