Headlines News :
Home » » Bongkar Ratoon Natura 2013; Pemerintah Boleh Pede, Petani Jadi Galau

Bongkar Ratoon Natura 2013; Pemerintah Boleh Pede, Petani Jadi Galau

Written By Arti News on Thursday, 5 September 2013 | 13:30

Tapi PG dan Koperasi Kelabakan

JOMBANG, ArtiNews - Produktivitas tebu di Jawa Timur terus digenjot dengan dilakukannya penggantian bibit tebu (bongkar ratoon) seluas 28.400 hektare dengan bantuan dana dari pemerintah sebesar Rp 280 miliar lebih atau Rp 10 juta per hektar berupa natura. Hal ini guna memenuhi kebutuhan bahan baku gula dengan penyediaan bibit minimal 700 juta mata (25.000 mata bibit/ha).

Tapi, pelbagai problem mengintai kesuksesan program ini. Diantaranya, sulitnya pasokan bibit tebu bermutu unggul berupa kultur jaringan, dan mekanisme pengadaan melalui pelelangan yang berlarut-larut. Sementara, berdasarkan jadwal program bongkar ratoon di Jatim ini dilakukan dua tahap yakni Mei-Agustus dan September-November 2013 di areal 28.400 ha yang merupakan bagian dari bongkar ratoon seluas 50.000 ha secara nasional.

Program ini dilaksanakan di 24 kabupaten di Jawa Timur, dengan melibatkan 31Pabrik Gula (PG), dan 55 Koperasi dalam penyalurannya. Kini, disaat program ini mengalami kendala yang tidak segera ada realisasi, PG dan Koperasi-lah yang kelabakan. Kedua lembaga ini menjadi sasaran pertanyaan petani atas realisasi program ini, karena mereka yang bersentuhan langsung dengan petani.

"Selain menjadi sasaran tanya dari petani, PG dan koperasi sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan program ini. PG dan koperasi hanya membantu dalam penyediaan data petani-petani yang ingin mengikuti program bongkar ratoon natura ini. Jadi saat ini, PG dan koperasi merasa kelabakan menjawab kapan program ini terealisasi," kata Alexander Fahd, Sekretaris KPTR Arta Rosan Tijari.

Lantas, bagaimana tanggapan petani tebu terkait molornya program yang didanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ini ?.

Sawung Agus Basuki
Petani tebu wilayah Diwek, Jombang

Program bongkar ratoon natura ini sangatlah baik. Sayangnya, kami menilai pemerintah sangat lamban merealisasikannya. Bagaimana tidak, hingga bulan awal September 2013, belum ada tanda-tanda program ini segera terwujud. Padahal, kami sudah melakukan bongkar ratoon di lahan milik kami dengan biaya sendiri, dan saat ini tanaman tebu kami sudah mencapai ketinggian 1 meter lebih.

Jadwal realisasi yang ditentukan pemerintah juga sudah tepat, yakni pada bulan Mei. Tapi kenyataannya molor. Kondisi ini, membuat petani bingung dan dilematis, apakah petani yang sudah melakukan bongkar ratoon sendiri itu akan mendapat ganti dengan program tersebut, atau tidak. Sementara, petani tidak sedikit mengeluarkan dana untuk bongkar ratoon. Jika dihitung, lahan seluas 1 hektar membutuhkan bibit sekitar 8-9 ton. Jika bibit seharga Rp 60.000 per kwintal, maka petani harus mengeluarkan dana sekitar Rp 4.200.000 hingga Rp 5.400.000. Belum lagi dana untuk pemupukan.

Tim pengadaan bibit dan pupuk pada program ini, harusnya lebih cerdas menanggapi persoalan ini. Jika memang tidak siap menggulirkan program ini sesuai rencana yang sudah dijadwalkan, mengapa dipaksakan?. Sebagai seorang petani, kami berharap program ini terealisasi dengan mengedepankan ghiroh peningkatan berbudidaya tebu.

Agus RR
Petani tebu wilayah Diwek, Jombang

Secara garis besar, program bongkar ratoon natura masa tanam 2013 ini sebagai program lanjutan bongkar ratoon yang sudah dilakukan pemerintah mulai tahun 2002. Dan hal ini menjadi harapan besar petani meski bantuan itu berupa natura (bibit, pupuk majemuk dan organik) senilai Rp 10 juta per hektar. Tapi tampaknya, realisasinya masih setengah hati dan tidak tepat waktu.

Bisa dibilang, kondisi petani kini harap-harap cemas dan galau menanti program ini benar-benar ada dan nyata. Karena hingga bulan September 2013 ini, program ini seperti "tong kosong nyaring bunyinya". Hanya besar gaung wacana dan persiapannya. Yang pasti bagi kami, program ini ada atau tidak, terealisasi atau tidak, petani sudah banyak melakukan bongkar ratoon dengan biaya sendiri. Apakah nanti diganti atau tidak, kami hanya menunggu mekanismenya saja.

Hermanu
Petani tebu wilayah Ngoro, Jombang

Sebelumnya, kami sangat senang dengan kabar bakal digulirkannya program bongkar ratoon natura masa tanam 2013 ini oleh pemerintah. Sebab kami menilai, program ini seolah "hujan di padang pasir". Kami begitu yakin, produktivitas tebu tahun depan bakal meningkat signifikan. Kami optimis, rendemen tebu bakal naik sekian poin tahun depan.

Di tengah keterpurukan petani akibat merosotnya rendemen tebu pada masa giling 2013, dan masih belum terkereknya harga gula, program bongkar ratoon natura itu agaknya menambah beban petani. Dimana, saat ditunggu-tunggu, program ini belum juga terealisasi, sementara tanaman tebu sudah ditebang dan memang sudah waktunya untuk bongkar ratoon. Mau tidak mau, petani juga melakukan bongkar ratoon tanpa sentuhan bantuan program tersebut.

Kami masih tetap berharap, program ini terealisasi. Soal petani yang sudah bongkar ratoon sendiri apakah diganti atau tidak dengan program ini, itu urusan nanti. Tapi alangkah baiknya, jika program tersebut dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ditentukan pemerintah. Karena kami yakin pemerintah tahu, kapan waktunya masa tanam dilakukan, dan kapan waktunya masa giling digelar.

H Mas'ad
Petani wilayah Diwek, Jombang

Tahun 2013 ini, petani benar-benar galau. Petani begitu terpuruk akibat merosotnya rendemen tebu hingga 2 poin. Ditambah lagi, biaya produksi sangat tinggi, sementara harga gula masih dikisaran Rp 9.300, sangat tidak berimbang. Dengan adanya program bongkar ratoon natura ini diharapkan mampu mengerek petani dari keterpurukan itu.

Tapi kenyataannya, hingga kini program itu tidak kunjung menjadi kenyataan. Malah, informasinya demikian kabur dan tidak menentu kapan saatnya program ini menjadi nyata. Sejatinya, program bongkar ratoon natura pada masa tanam 2013 ini sangat baik dan disambut gembira oleh petani. Satu sisi petani menanti bergulirnya program ini, dan disisi lain petani juga segera melakukan bongkar ratoon untuk meningkatkan produktivitas tanaman tebunya. Kami berharap pemerintah mengerti kebutuhan petani di bawah. Jika memang program ini digulirkan ya segera digulirkan, jangan selalu menjadi wacana yang malah membuat petani galau.

Kami berpikir, kendala berlarut-larutnya program ini mungkin pada mekanisme pengadaan atau pelelangannya. Semestinya, pemerintah menyerahkan kepada lembaga/koperasi yang menaungi petani. Karena koperasi/lembaga inilah yang mengerti dan bersentuhan langsung dengan petani. Dengan demikian, petani bisa langsung merasakan manfaatnya. Kalau dikatakan gagal, mungkin juga tidak. Tapi waktunya saja yang tidak tepat karena prosesnya terlalu lama. Kami menilai, pemenang lelang bakal terkendala teknis di tingkat bawah, karena mereka tidak bersentuhan langsung dengan petani, baik pada proses pengadaan bibit, dan pupuknya, maupun pada teknis penyalurannya.

Zainuri
Petani wilayah Ngoro, Jombang

Sebelumnya, pemerintah terlalu percaya diri (Pede) program bongkar ratoon masa tanam 2013 mulus diwujudkan. Sementara, pemerintah tidak mengetahui kondisi sebenarnya yang sedang dialami petani, dengan adanya proses pelelangan yang menurut kami sangat memakan waktu. Terbukti, hingga bulan September 2013, program ini masih berkutat pada tingkat pembahasan.

Harusnya, pemerintah membuat regulasi (aturan) yang membuat proses ini dilaksanakan tepat waktu, dan tepat pada musim tanam. Bukan malah membuat regulasi yang di dalamnya banyak syarat dan kriteria (kontraktual) yang sulit dipenuhi oleh penyedia bibit, pupuk majemuk dan organik. Sehingga harapan dari program ini tidak keluar dari jalur, dimana program ini diharapkan mampu mendongkrak produksi gula di dalam negeri. Petani gembira dan mengapresiasi adanya program bongkar ratoon natura ini. Tapi, bukan dengan menambah beban dan derita petani tebu ditengah anjloknya rendemen, harga gula yang tidak naik, dan biaya produksi semakin melangit. [rief]
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Anas
Copyright © 2013. Arti News - All Rights Reserved