![]() |
Anas Anshari |
Anas Anshori, salah seorang petani tebu di wilayah Kec. Ngoro, Kab Jombang, mengaku merasakan langsung efek domino dari kenaikan harga BBM itu. Sebut saja, merangkaknya biaya tebang angkut. Disatu sisi, angkutan berupa truk juga menggunakan BBM berupa Solar, dan disisi lain sulitnya mencari tenaga tebang, serta biaya tenaga tebang tersebut juga naik. Selain itu, juga akan berefek pada naiknya harga sewa lahan dan biaya tanam.
"Tentu saja kami terkena imbas dari naiknya harga BBM. Biaya produksi kami jauh lebih tinggi, sementara pendapatan petani masih sama saja," tegasnya.
Maka, lanjutnya, tidak heran jika petani berharap agar pemerintah memperhatikan nasib petani. Kenaikan BBM harus disertai naiknya HPP Gula dan kebijakan rendemen yang pro-petani. Pasalnya, dengan kondisi cuaca tidak menentu yang terjadi akhir-akhir ini, petani berpotensi merugi pada musim giling tahun ini.
"Jika curah hujan masih saja tinggi, potensi rendemen tebu cenderung turun. Jika ini tidak diimbangi dengan kebijakan jaminan rendemen minimum dari pihak PG, pastinya petani mengalami kerugian yang cukup besar," katanya.
"Sekali lagi, petani berharap adanya solusi dan upaya-upaya lain yang berpihak pada nasib petani. Harapan petani cukup sederhana, bagaimana tidak rugi besar dan bisa berbudidaya tebu secara kontinyu," paparnya. [rief]
Post a Comment